A few weeks a go, exactly on December 10 until December 12, I went to Lombok to testing VMS application I've developed. One of my task is testing and trying the VMS apps for real testing on board or vessel. This project is from IMACS USAID, because they want give this application to DKP Lombok for monitoring vessel under 30 GT. Because there's no regulation for monitoring vessel under 30 GT.
It was very interesting experience, because that the first time I land my feet on NTB, and the first time testing real GPS devices on vessel board. May be I'll tell a lot about application in the next post. And here is the boat I used to try the apps and GPS.
Hee... May be in January, I'll go back to Lombok to present elogbook apps.
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita. Tampilkan semua postingan
Senin, 23 Desember 2013
Selasa, 07 Agustus 2012
My Mini Lab
Yup, this is one of my dream, having a lab, especially ICT lab. And this lab will produce researches, products, and also recommendations for ICT world.
So, I start to make my mini lab in my room, just consist of a notebook, a usb modem, an all-in-one printer, and a tv tunner ( for watching football match ^_^ ). Alhamdulillah, from this mini lab, I've developed a lot of products. In a short time period, I hope I can launch some of my products.
So this is my capture of my mini lab.
And I hope this lab can grow and expand. Amin ya Rab...
So, I start to make my mini lab in my room, just consist of a notebook, a usb modem, an all-in-one printer, and a tv tunner ( for watching football match ^_^ ). Alhamdulillah, from this mini lab, I've developed a lot of products. In a short time period, I hope I can launch some of my products.
So this is my capture of my mini lab.
And I hope this lab can grow and expand. Amin ya Rab...
Rabu, 08 September 2010
Keluar Dari Lubang Jarum(4)
Perasaanku tidak menentu ketika berjalan menuju kamar Humed. Ada sedikit perasaan geli yang membuat saya dapat tersenyum sendiri karena mengingat kejadian kemarin malam, tapi ada juga perasaan takut, takut teman-temanku melaporkan keberadaanku di dalam kamar tersebut kepada guru-guru piket di 130. Pintu kamar Humed sudah beberapa langkah dari hadapan saya, dan jantung saya sedikit berdetak kencang ketika pintu kamar Humed terbuka, saya membayangkan humed keluar dari kamar dan mengabarkan saya bahwa saya dipanggil ke 130. Tapi ternyata yang keluar dari pintu kamar Humed adalah adik kelas Humed yang akan pergi ke lapangan bola.
Melihat mereka keluar dari pintu kamar Humed, saya langsung spontan memanggil mereka kemudian bertanya kepada mereka, "Eh, kak Humed ada di kamar ga?"
"Ada kak.", jawab salah satu adik kelas yang sekamar dengan Humed.
Saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Humed, tidak lupa untuk mengucapkan salam saya langsung menuju ke ruang tidur di mana suara Humed menjawab salam saya. Saya sudah membayangkan wajah teman-teman saya yang tertangkap kemarin kepada saya, wajah muram dan dendam kepada saya pasti yang akan dipasang. Tapi ternyata saya salah. Humed langsung tersenyum bertemu dengan saya, dia seketika tertawa dan berkata "Nang, ha..ha..ha.. kemarin bisa lolos lo?".
Saya belum menjawab, karena melihat Kamil yang keluar dari kamar mandi Humed dan dia langsung membalas pertanyaan Humed "Iya, kemarin gue langsung aja geser kursi belajar ke depan lo nang, untung pak Arif ga ngelihat lo".
Saya membalas "Iya mil, untung dia ga ngelihat gue. Thank u banget mil.".
"Terus lo diapain di 130?", saya bertanya kepada mereka.
Lalu mereka menjelaskan hukuman yang didapat, yaitu dikurung di kamar mandi 130, dan membangunkan adik kelas pada subuh nanti. Tapi mereka mendapatkan keuntungan, yaitu dapat makan lebih awal dibandingkan yang lain. Dalam hatiku, saya merasa lega, karena mereka tidak melaporkan saya ke petugas. Betapa tinggi solidaritas teman-temanku, bahkan sampai teman berbuat salah tidak dilaporkan.
Dari kejadian itu saya mendapatkan banyak pelajaran, terutama pelajaran tentang solidaritas dalam berkawan. Mungkin karena kami sudah tinggal dalam satu lingkungan pendidikan dan asrama sudah cukup lama, jadi teman sudah seperti keluarga sendiri. Karena orang tua, keluarga jauh dari lingkungan teman-teman yang tinggal di sekolah yang menerapkan sistem berasrama.Termasuk saya dan teman-teman saya. Satu lagi hal yang dapat saya jadikan pelajaran hidup, jangan sekali-kali menentang peraturan yang ada, karena jika kita sekali saja mencoba melanggar maka Tuhan biasanya akan memberikan sedikit peringatan kepada kita.
Melihat mereka keluar dari pintu kamar Humed, saya langsung spontan memanggil mereka kemudian bertanya kepada mereka, "Eh, kak Humed ada di kamar ga?"
"Ada kak.", jawab salah satu adik kelas yang sekamar dengan Humed.
Saya memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Humed, tidak lupa untuk mengucapkan salam saya langsung menuju ke ruang tidur di mana suara Humed menjawab salam saya. Saya sudah membayangkan wajah teman-teman saya yang tertangkap kemarin kepada saya, wajah muram dan dendam kepada saya pasti yang akan dipasang. Tapi ternyata saya salah. Humed langsung tersenyum bertemu dengan saya, dia seketika tertawa dan berkata "Nang, ha..ha..ha.. kemarin bisa lolos lo?".
Saya belum menjawab, karena melihat Kamil yang keluar dari kamar mandi Humed dan dia langsung membalas pertanyaan Humed "Iya, kemarin gue langsung aja geser kursi belajar ke depan lo nang, untung pak Arif ga ngelihat lo".
Saya membalas "Iya mil, untung dia ga ngelihat gue. Thank u banget mil.".
"Terus lo diapain di 130?", saya bertanya kepada mereka.
Lalu mereka menjelaskan hukuman yang didapat, yaitu dikurung di kamar mandi 130, dan membangunkan adik kelas pada subuh nanti. Tapi mereka mendapatkan keuntungan, yaitu dapat makan lebih awal dibandingkan yang lain. Dalam hatiku, saya merasa lega, karena mereka tidak melaporkan saya ke petugas. Betapa tinggi solidaritas teman-temanku, bahkan sampai teman berbuat salah tidak dilaporkan.
Dari kejadian itu saya mendapatkan banyak pelajaran, terutama pelajaran tentang solidaritas dalam berkawan. Mungkin karena kami sudah tinggal dalam satu lingkungan pendidikan dan asrama sudah cukup lama, jadi teman sudah seperti keluarga sendiri. Karena orang tua, keluarga jauh dari lingkungan teman-teman yang tinggal di sekolah yang menerapkan sistem berasrama.Termasuk saya dan teman-teman saya. Satu lagi hal yang dapat saya jadikan pelajaran hidup, jangan sekali-kali menentang peraturan yang ada, karena jika kita sekali saja mencoba melanggar maka Tuhan biasanya akan memberikan sedikit peringatan kepada kita.
Senin, 28 September 2009
Perahu dan Cita-cita
Bu Guru pagi hari itu bertanya kepada seluruh muridnya, "Siapa yang ingin jadi dokterrrr???". Serentak murid-murid dikelas tersebut menjawab, "Sayaaaaaaaaa........".
Suatu hal yang lumrah memang, jika sewaktu kecil cita-cita yang diharapkan adalah menjadi seorang dokter. Karena dalam pikiran anak kecil biasanya masih seperti perahu kecil yang berada di tengah samudra dan samudra tersebut sedang mengalami badai, yang akhirnya membawa sang perahu terombang-ambing kesana kemari atau biasa disebut dengan labil.
Tapi seiring dengan waktu perahu itu semakin membesar karena diperbaharui atau ditambahkan dengan kayu penguat. Begitu juga dengan nahkoda yang mengemudikan perahu tersebut. Perahu dan nahkoda tersebut mulai dapat bekerja sama menghadapi badai di samudra untuk menentukan arah perjalanan perahu tersebut. Walaupun sangat susah untuk melalui badai tersebut, tapi pastilah setiap orang ingin melewati badai tersebut.
Dan jika akhirnya perahu tersebut sampai ketujuannya, maka perahu tersebut akan dengan gagah berlabuh ke sebuah pulau tujuannya.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan perahu tersebut adalah untuk mengecek kembali lubang-lubang yang terdapat di badan perahu, jika terdapat lubang maka haruslah ditambal, jangan sampai pada perjalanan berikutnya akan membuat perahu tersebut karam di telan samudra yang lebih ganas. Penting sekali intropeksi diri dalam kehidupan ini. Dan juga jangan pernah menaruh dendam pada seorang yang lain karena suatu saat orang yang kita benci mungkin akan menjadi orang yang kita perlukan. Tuhan saja maha pengampun lagi maha penyayang.
Suatu hal yang lumrah memang, jika sewaktu kecil cita-cita yang diharapkan adalah menjadi seorang dokter. Karena dalam pikiran anak kecil biasanya masih seperti perahu kecil yang berada di tengah samudra dan samudra tersebut sedang mengalami badai, yang akhirnya membawa sang perahu terombang-ambing kesana kemari atau biasa disebut dengan labil.
Tapi seiring dengan waktu perahu itu semakin membesar karena diperbaharui atau ditambahkan dengan kayu penguat. Begitu juga dengan nahkoda yang mengemudikan perahu tersebut. Perahu dan nahkoda tersebut mulai dapat bekerja sama menghadapi badai di samudra untuk menentukan arah perjalanan perahu tersebut. Walaupun sangat susah untuk melalui badai tersebut, tapi pastilah setiap orang ingin melewati badai tersebut.
Dan jika akhirnya perahu tersebut sampai ketujuannya, maka perahu tersebut akan dengan gagah berlabuh ke sebuah pulau tujuannya.
Satu hal yang tidak boleh dilupakan perahu tersebut adalah untuk mengecek kembali lubang-lubang yang terdapat di badan perahu, jika terdapat lubang maka haruslah ditambal, jangan sampai pada perjalanan berikutnya akan membuat perahu tersebut karam di telan samudra yang lebih ganas. Penting sekali intropeksi diri dalam kehidupan ini. Dan juga jangan pernah menaruh dendam pada seorang yang lain karena suatu saat orang yang kita benci mungkin akan menjadi orang yang kita perlukan. Tuhan saja maha pengampun lagi maha penyayang.
Sabtu, 08 Agustus 2009
Keluar Dari Lubang Jarum (3)
Ternyata itu adalah suara dari pak arif, salah satu petinggi guru di sekolah kami. Pada malam itu dia sedang piket di ruang piket guru. Dan tidak seperti biasanya dia berkeliling sampai ke lantai atas, terutama lantai 5.
Sayup-sayup terdengar perkataannya "Hei, kamu sedang apa di sini Kamil?, Kok tidak di kamar kamu?".
Kamil yang ditanya seperti itu langsung terdiam dan langsung berdiri dari kursi belajar. Dan langsung menggeser kursi tersebut ke arah depan saya, seperti akan menutupi saya. Beruntungnya pak Arif tersebut langsung masuk ke dalam ruang tidur sehingga tidak menyadari saya yang sedang tidur di bawah meja belajar.
Seketika itu saya berencana untuk melarikan diri. Saya tidak lagi memperhatikan pembicaraan antara pak Arif, Humed, Kamil, dan Daen. Yang ada di otak saya adalah keluar dari kamar Humed ini dengan segera mungkin tanpa diketahui oleh pak arif.
Tapi untuk mengangkat tubuh ini serasa berat sekali, seperti ada yang menindih badan saya dengan beras seberat i kuintal. Di iringi dengan jantung yang berdetak kencang, saya berusaha dengan sebisa mungkin untuk menggerakkan kaki dan tangan saya yang terasa sangat berat. Perlahan-lahan saya bergerak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, supaya tidak diketahui oleh pak arif. Saya merangkak menuju pintu dan ketika saya telah berada di depan pintu saya berdiri perlahan kemudian memegang daun pintu lalu menggeser dengan perlahan. Pintu terbuka sedikit kemudian saya mengeluarkan badan saya dengan secepat mungkin dan lari dari kamar humed dengan menjinjitkan kaki agar tidak terdengar langkah kakiku.
Saya berlari menuju blok kamar saya yang terletak di blok D. Jantung saya masih berdetak dengan kencang ketika akan memasuki kamar. Sampai di depan pintu kamar, langsung saja ku buka pintu kamar dan langsung masuk dengan segera dan langsung kurebahkan badan di dipan (tempat tidur). Saya coba menenangkan diri dan memperlambat denyut jantung saya. Tanpa terasa saya telah memejamkan mata saya untuk sejenak melupakan masalah pelarian diri yang baru saja saya alami.
Kentongan Garda Sekolah berbunyi sebanyak empat kali pertanda jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Saya terbangun dari tidur dengan sedikit perasaan aneh dan gelisah. Aneh karena saya berhasil meloloskan diri dari inspeksi mendadak dari pak arif di kamar Humed. Dan saya takut teman-teman melaporkan saya juga berada dalam "acara terlarang" tersebut, itulah yang membuat saya gelisah. Akhirnya saya menjalankan pagi hari ini dengan berpura-pura seperti tidak ada kejadian apa-apa. Membangunkan adik kelasku di dalam kamar dan segera bergegas ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Subuh. Kemudian setelah itu membaca Al-Qura'an dan langsung menuju kantin untuk sarapan pagi.
Setelah sarapan pagi saya bermaksud untuk megetahui kabar dari keempat teman saya yang tertangkap basah. Saya memutuskan untuk ke kamar humed setelah saya mengganti pakaian.
Nah, bagaimanakah nasib teman-teman saya?
Sayup-sayup terdengar perkataannya "Hei, kamu sedang apa di sini Kamil?, Kok tidak di kamar kamu?".
Kamil yang ditanya seperti itu langsung terdiam dan langsung berdiri dari kursi belajar. Dan langsung menggeser kursi tersebut ke arah depan saya, seperti akan menutupi saya. Beruntungnya pak Arif tersebut langsung masuk ke dalam ruang tidur sehingga tidak menyadari saya yang sedang tidur di bawah meja belajar.
Seketika itu saya berencana untuk melarikan diri. Saya tidak lagi memperhatikan pembicaraan antara pak Arif, Humed, Kamil, dan Daen. Yang ada di otak saya adalah keluar dari kamar Humed ini dengan segera mungkin tanpa diketahui oleh pak arif.
Tapi untuk mengangkat tubuh ini serasa berat sekali, seperti ada yang menindih badan saya dengan beras seberat i kuintal. Di iringi dengan jantung yang berdetak kencang, saya berusaha dengan sebisa mungkin untuk menggerakkan kaki dan tangan saya yang terasa sangat berat. Perlahan-lahan saya bergerak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, supaya tidak diketahui oleh pak arif. Saya merangkak menuju pintu dan ketika saya telah berada di depan pintu saya berdiri perlahan kemudian memegang daun pintu lalu menggeser dengan perlahan. Pintu terbuka sedikit kemudian saya mengeluarkan badan saya dengan secepat mungkin dan lari dari kamar humed dengan menjinjitkan kaki agar tidak terdengar langkah kakiku.
Saya berlari menuju blok kamar saya yang terletak di blok D. Jantung saya masih berdetak dengan kencang ketika akan memasuki kamar. Sampai di depan pintu kamar, langsung saja ku buka pintu kamar dan langsung masuk dengan segera dan langsung kurebahkan badan di dipan (tempat tidur). Saya coba menenangkan diri dan memperlambat denyut jantung saya. Tanpa terasa saya telah memejamkan mata saya untuk sejenak melupakan masalah pelarian diri yang baru saja saya alami.
Kentongan Garda Sekolah berbunyi sebanyak empat kali pertanda jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Saya terbangun dari tidur dengan sedikit perasaan aneh dan gelisah. Aneh karena saya berhasil meloloskan diri dari inspeksi mendadak dari pak arif di kamar Humed. Dan saya takut teman-teman melaporkan saya juga berada dalam "acara terlarang" tersebut, itulah yang membuat saya gelisah. Akhirnya saya menjalankan pagi hari ini dengan berpura-pura seperti tidak ada kejadian apa-apa. Membangunkan adik kelasku di dalam kamar dan segera bergegas ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Subuh. Kemudian setelah itu membaca Al-Qura'an dan langsung menuju kantin untuk sarapan pagi.
Setelah sarapan pagi saya bermaksud untuk megetahui kabar dari keempat teman saya yang tertangkap basah. Saya memutuskan untuk ke kamar humed setelah saya mengganti pakaian.
Nah, bagaimanakah nasib teman-teman saya?
Minggu, 21 Juni 2009
Keluar Dari Lubang Jarum (2)
Waktu saat itu hampi menunjukkan pukul 11.30 malam ketika saya melihat jam tangan yang masih menempel di tangan kiri saya. Kami berempat sengaja pindah ke balkon belakang. Walaupun agak sempit, tapi cukup untuk kami berempat menikmati jagung rebus dari Lupi. Kami berkelakar tentang segala sesuatu yang terlintas di benak dengan suara sedikit berbisik. Karena kami sadar betul perbuatan yang kami lakukan adalah perbuatan ilegel di asrama kami, dan kami juga tidak ingin mengganggu adik kelas kami yang berada di kamar Humed.
Malam itu cukup dingin dan berangin kering, karena posisi sekolah dan asrama kami yang dekat dengan gunung dan laut. Mulut akan terasa cepat kering di malam itu. Untungnya filter air di kamar Humed dapat berfungsi dengan baik, sehingga kami tidak susah-susah mencari air.
Lama-lama jagung itu habis juga, mataku terasa sudah cukup berat untuk melawan ngantuk. Tapi ketiga temanku tampaknya masih semangat untuk membicarakan oot-nya. Tanpa banyak bicara saya langsung permisi sebentar kepada ketiga temanku untuk merebahkan diri di ruang belajar. Humed dengan ikhlas menawarkan ranjangnya untuk saya rebahan disana, tapi saya menolak. Akhirnya saya merebahkan badan saya di ruang belajar, tepatnya di samping bawah meja belajar, sehingga jika ada orang masuk dari pintu saya tidak begitu terlihat.
Tanpa sadar, sepertinya saya telah masuk kedalam alam bawah sadar saya. Tapi seketika itu saya terbangun, dengan suara yang menyerupai benda jatuh. Disntsts sadar dan tidak, saya juga mendengar suara seseorang yang saya kenal berada di dalam kamar Humed. Suara itu sering terdengar sebagai mc (master of ceremony) ketika ada acara-acara besar yang diadakan sekolah kami, seperti datangnya tamu-tamu khusus (menteri, gubernur, pejabat daerah, tokoh masyarakat, dll), acara 1 Muharram, dan acara khusus lainnya.
Suara siapakah itu?????
Malam itu cukup dingin dan berangin kering, karena posisi sekolah dan asrama kami yang dekat dengan gunung dan laut. Mulut akan terasa cepat kering di malam itu. Untungnya filter air di kamar Humed dapat berfungsi dengan baik, sehingga kami tidak susah-susah mencari air.
Lama-lama jagung itu habis juga, mataku terasa sudah cukup berat untuk melawan ngantuk. Tapi ketiga temanku tampaknya masih semangat untuk membicarakan oot-nya. Tanpa banyak bicara saya langsung permisi sebentar kepada ketiga temanku untuk merebahkan diri di ruang belajar. Humed dengan ikhlas menawarkan ranjangnya untuk saya rebahan disana, tapi saya menolak. Akhirnya saya merebahkan badan saya di ruang belajar, tepatnya di samping bawah meja belajar, sehingga jika ada orang masuk dari pintu saya tidak begitu terlihat.
Tanpa sadar, sepertinya saya telah masuk kedalam alam bawah sadar saya. Tapi seketika itu saya terbangun, dengan suara yang menyerupai benda jatuh. Disntsts sadar dan tidak, saya juga mendengar suara seseorang yang saya kenal berada di dalam kamar Humed. Suara itu sering terdengar sebagai mc (master of ceremony) ketika ada acara-acara besar yang diadakan sekolah kami, seperti datangnya tamu-tamu khusus (menteri, gubernur, pejabat daerah, tokoh masyarakat, dll), acara 1 Muharram, dan acara khusus lainnya.
Suara siapakah itu?????
Sabtu, 20 Juni 2009
Keluar dari Lubang Jarum
Ini adalah kisah nyata pengalaman pribadi gue sewaktu sma.
Malam itu adalah malam Jum'at. Seperti biasa, disekolah kami yang menggunakan sistem berasrama diadakan sebuah acara untuk melatih siswanya berbicara didepan umum, biasanya di kenal dengan pidato. Singkat cerita, saya dan teman sekelas saya keluar dari gedung sekolah menuju asrama masing-masing setelah acara pidato tersebut. Walaupun kami sekelas, tidak menjamin kami akan tinggal sekamar, karena sistem pembagian kamar di sekolah saya diacak. Ada yang tinggal dengan teman seangkatan, dan ada yang tinggal dengan adik kelas, dimana si kakak kelas menjadi wali kamar. Kebetulan saya, dipercaya menjadi wali kamar bagi adik kelas saya.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 500 m, akhirnya saya sampai di asrama. Saya dan teman-teman berpencar menuju kamar masing-masing. Kamar saya berada di lantai 5, dan bernomor 23. Ketika saya sampai kamar, lampu kamar saya telah padam. Ini menandakan bahwa adik kelas yang sekamar dengan saya telah tidur semua. Maklum, adik kelas saya belum biasa tidur hanya 4-5 jam saja, sedangkan diusia mereka yang setingkat SMP seharusnya tidur antara 7-8 jam. Saya masuk kamar, berganti pakaian dan mencoba merebahkan badan di tempat tidur. Tapi mata saya tidak terasa berat sama sekali, padahal tidak ada sesuatu yang saya pikirkan, karena besok adalah hari libur di sekolah saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke kamar teman saya yang bernama Kunaidi. Dia teman selantai saya, dan juga menjadi wali kamar, tapi tidak sekelas dengan saya. Dia orangnya easy going dan mudah bergaul dengan siapa saja, maka tidak heran kalau di banyak sekali teman-teman yang berkunjung walaupun hari sudah cukup malam. Di sekolah kami terdapat peraturan yang mengharuskan seluruh siswa untuk mematikan lampu pada pukul 11 malam paling lambat. Tapi di kamar Humaidi ini lampu masih menyala walaupun hampir jam 11 malam. Ketika saya masuk di kamarnya sudah terdapat Kamil, Daen dan Lupi. Mereka sedang asik mendiskusikan tentang acara yang akan mereka lakukan besok pada waktu libur di ruang belajar. Saking serunya, mereka tidak menyadari kedatangan saya. Tapi, tiba-tiba Humet (panggilan akrab Humaidi), datang dari arah ruang tidur dan menyapa saya dengan logat sundanya yang khas "eh Nang, tumben kesini, aya naon atuh?".
Padahal ada larangan untuk menggunakan bahasa daerah di sekolah saya, tapi Humed masa bodo dengan peraturan itu, karena ga ada guru-guru yang berseliweran di sekitar kamarnya. Oh iya kamar Humed adalah kamar yang strategis untuk tempat kumpul, karena letaknya di pojok gedung dan sedikit susah dipantau dari kamar guru piket. Kamarnya nomor 1 di lantai yang sama dengan kamar saya.
"Ngga ada apa med, cuma pengen jalan-jalan aja, lagi susah tidur nih!", seru saya."Ya udah disini aja, anak-anak katanya pada mo begadang sambil makan jagung rebus nih", balasnya dengan akrab, "oh, jagung dari mana?", "Tadi si Lupi dapat dari babenya, kan tadi babenya datang kesini. Kayanya dompetnya lagi tebel juga tuh nang.".
"Ah elo med. bisa aja, iya nang disini aja!", tiba-tiba Lupi mengeluarkan suaranya sejenak meninggalkan diskusinya dengan kedua temannya.
Oke juga sih saya pikir tawaran dari mereka. Sekali-kali boleh juga lah melanggar sedikit peraturan yang ada, kan klo hidup ini mulus-mulus aja ga ada polisi tidurnya kan ngga enak juga. Akhirnya saya menyetujui tawaran meraka.
Bersambung dulu ya.....
Malam itu adalah malam Jum'at. Seperti biasa, disekolah kami yang menggunakan sistem berasrama diadakan sebuah acara untuk melatih siswanya berbicara didepan umum, biasanya di kenal dengan pidato. Singkat cerita, saya dan teman sekelas saya keluar dari gedung sekolah menuju asrama masing-masing setelah acara pidato tersebut. Walaupun kami sekelas, tidak menjamin kami akan tinggal sekamar, karena sistem pembagian kamar di sekolah saya diacak. Ada yang tinggal dengan teman seangkatan, dan ada yang tinggal dengan adik kelas, dimana si kakak kelas menjadi wali kamar. Kebetulan saya, dipercaya menjadi wali kamar bagi adik kelas saya.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 500 m, akhirnya saya sampai di asrama. Saya dan teman-teman berpencar menuju kamar masing-masing. Kamar saya berada di lantai 5, dan bernomor 23. Ketika saya sampai kamar, lampu kamar saya telah padam. Ini menandakan bahwa adik kelas yang sekamar dengan saya telah tidur semua. Maklum, adik kelas saya belum biasa tidur hanya 4-5 jam saja, sedangkan diusia mereka yang setingkat SMP seharusnya tidur antara 7-8 jam. Saya masuk kamar, berganti pakaian dan mencoba merebahkan badan di tempat tidur. Tapi mata saya tidak terasa berat sama sekali, padahal tidak ada sesuatu yang saya pikirkan, karena besok adalah hari libur di sekolah saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke kamar teman saya yang bernama Kunaidi. Dia teman selantai saya, dan juga menjadi wali kamar, tapi tidak sekelas dengan saya. Dia orangnya easy going dan mudah bergaul dengan siapa saja, maka tidak heran kalau di banyak sekali teman-teman yang berkunjung walaupun hari sudah cukup malam. Di sekolah kami terdapat peraturan yang mengharuskan seluruh siswa untuk mematikan lampu pada pukul 11 malam paling lambat. Tapi di kamar Humaidi ini lampu masih menyala walaupun hampir jam 11 malam. Ketika saya masuk di kamarnya sudah terdapat Kamil, Daen dan Lupi. Mereka sedang asik mendiskusikan tentang acara yang akan mereka lakukan besok pada waktu libur di ruang belajar. Saking serunya, mereka tidak menyadari kedatangan saya. Tapi, tiba-tiba Humet (panggilan akrab Humaidi), datang dari arah ruang tidur dan menyapa saya dengan logat sundanya yang khas "eh Nang, tumben kesini, aya naon atuh?".
Padahal ada larangan untuk menggunakan bahasa daerah di sekolah saya, tapi Humed masa bodo dengan peraturan itu, karena ga ada guru-guru yang berseliweran di sekitar kamarnya. Oh iya kamar Humed adalah kamar yang strategis untuk tempat kumpul, karena letaknya di pojok gedung dan sedikit susah dipantau dari kamar guru piket. Kamarnya nomor 1 di lantai yang sama dengan kamar saya.
"Ngga ada apa med, cuma pengen jalan-jalan aja, lagi susah tidur nih!", seru saya."Ya udah disini aja, anak-anak katanya pada mo begadang sambil makan jagung rebus nih", balasnya dengan akrab, "oh, jagung dari mana?", "Tadi si Lupi dapat dari babenya, kan tadi babenya datang kesini. Kayanya dompetnya lagi tebel juga tuh nang.".
"Ah elo med. bisa aja, iya nang disini aja!", tiba-tiba Lupi mengeluarkan suaranya sejenak meninggalkan diskusinya dengan kedua temannya.
Oke juga sih saya pikir tawaran dari mereka. Sekali-kali boleh juga lah melanggar sedikit peraturan yang ada, kan klo hidup ini mulus-mulus aja ga ada polisi tidurnya kan ngga enak juga. Akhirnya saya menyetujui tawaran meraka.
Bersambung dulu ya.....
Senin, 08 September 2008
Pantang Menyerah
Ada sebuah cerita yang pernah saya dengar dari sebuah radio. Beginilah ceritanya...
Suatu hari di sebuah sekolah yang ramai dengan muridnya terkenallah seorang anak yang badung dan jorok dan biasa dipanggil Badu (misalkan).
Ini adalah hari pertama dia masuk kelas 1 SD. Setelah pukul 7 semua anak masuk kedalam kelas dan datanglah bu guru kedalam kelas.
Bu Guru : Selamat Pagi anak-anak...
Anak-anak : Selamat pagi bu guru...
Bu Guru : Ok, anak-anak sekarang kita akan belajar Bahasa Indonesia, khususnya belajar membuat kalimat.
Anak-anak : hore...hore...hore...
Bu Guru : Baik, sekarang kita mulai dengan huruf A. Siapa yang bisa?
Dengan cepat Badu berteriak dan mengangkat tangannya.
Badu : Saya bu... saya bu...
Bu Guru : Jangan kamu jorok. Coba yang lain?
Salah seorang murid mengangkat tangannya.
Bu Guru : Iya, coba Ani!
Ani : Ayah sedang membaca koran.
Bu Guru : wah, bagus...bagus... Ok sekarang siapa yang bisa dengan huruf K?
Lagi-lagi Badu beraksi.
Badu : Saya bu...saya bu...
Bu Guru : Jangan kamu jorok
Lalu Badu duduk kembali ke kursinya.
Tiba-tiba ada yang mengangkat tangan salah seorang dari murid di kelas.
Bu Guru : Oh Tono, kamu ingin mencoba, silahkan!
Tono : Kakak sedang belajar matematika.
Bu Guru : Iya bagus. Nah sekarang siapa yang bisa dengan huruf P?
Badu serentak bangun dari tempat duduk dan berteriak lagi.
Badu : SAYA BU...SAYA BU... (dengan sekencang-kencangnya)
Bu Guru : Udah saya bilang, jangan kamu jorok.
Badu duduk kembali.
Bu Guru : Oke siapa yang bisa?
Rika : Saya bisa bu?
Bu Guru : Oke coba Rika!
Rika : Pak Guru menulis di papan tulis.
Bu Guru : Iya bagus, bagus. Nah sekarang siapa yang bisa dengan huruf Z?
Badu lagi lagi beraksi.
Badu : Saya bu.. saya bu..
Bu Guru : Jangan kamu jorok.
Badu duduk kembali ke kursinya.
Bu Guru : Yang lain ada yang bisa?
Ternyata tidak ada satupun murid yang mengangkat tangannya.
Bu Guru : Coba kamu Budi?
Bu Guru menunjuk salah satu murid.
Budi : Tidak bisa bu.
Bu Guru : Kamu Lia.
Lia : Tidak bisa juga bu.
Akhirnya bu Guru menyerah dan memberikan kesempatan ke pada Badu.
Bu Guru : Oke Badu kamu boleh mencoba, tapi ingat jangan jorok ya!
Badu : Baik bu.
Lalu Badu mulai mengeluarkan kalimatnya dengan penuh semangat.
Badu : Zainudin....
Bu Guru : Wah bagus, bagus. Coba terusannya Badu!
Badu : Zainudin..., Zainudin Ntunya gede.
Tuingngngngn benjollah pala si Badu.
Suatu hari di sebuah sekolah yang ramai dengan muridnya terkenallah seorang anak yang badung dan jorok dan biasa dipanggil Badu (misalkan).
Ini adalah hari pertama dia masuk kelas 1 SD. Setelah pukul 7 semua anak masuk kedalam kelas dan datanglah bu guru kedalam kelas.
Bu Guru : Selamat Pagi anak-anak...
Anak-anak : Selamat pagi bu guru...
Bu Guru : Ok, anak-anak sekarang kita akan belajar Bahasa Indonesia, khususnya belajar membuat kalimat.
Anak-anak : hore...hore...hore...
Bu Guru : Baik, sekarang kita mulai dengan huruf A. Siapa yang bisa?
Dengan cepat Badu berteriak dan mengangkat tangannya.
Badu : Saya bu... saya bu...
Bu Guru : Jangan kamu jorok. Coba yang lain?
Salah seorang murid mengangkat tangannya.
Bu Guru : Iya, coba Ani!
Ani : Ayah sedang membaca koran.
Bu Guru : wah, bagus...bagus... Ok sekarang siapa yang bisa dengan huruf K?
Lagi-lagi Badu beraksi.
Badu : Saya bu...saya bu...
Bu Guru : Jangan kamu jorok
Lalu Badu duduk kembali ke kursinya.
Tiba-tiba ada yang mengangkat tangan salah seorang dari murid di kelas.
Bu Guru : Oh Tono, kamu ingin mencoba, silahkan!
Tono : Kakak sedang belajar matematika.
Bu Guru : Iya bagus. Nah sekarang siapa yang bisa dengan huruf P?
Badu serentak bangun dari tempat duduk dan berteriak lagi.
Badu : SAYA BU...SAYA BU... (dengan sekencang-kencangnya)
Bu Guru : Udah saya bilang, jangan kamu jorok.
Badu duduk kembali.
Bu Guru : Oke siapa yang bisa?
Rika : Saya bisa bu?
Bu Guru : Oke coba Rika!
Rika : Pak Guru menulis di papan tulis.
Bu Guru : Iya bagus, bagus. Nah sekarang siapa yang bisa dengan huruf Z?
Badu lagi lagi beraksi.
Badu : Saya bu.. saya bu..
Bu Guru : Jangan kamu jorok.
Badu duduk kembali ke kursinya.
Bu Guru : Yang lain ada yang bisa?
Ternyata tidak ada satupun murid yang mengangkat tangannya.
Bu Guru : Coba kamu Budi?
Bu Guru menunjuk salah satu murid.
Budi : Tidak bisa bu.
Bu Guru : Kamu Lia.
Lia : Tidak bisa juga bu.
Akhirnya bu Guru menyerah dan memberikan kesempatan ke pada Badu.
Bu Guru : Oke Badu kamu boleh mencoba, tapi ingat jangan jorok ya!
Badu : Baik bu.
Lalu Badu mulai mengeluarkan kalimatnya dengan penuh semangat.
Badu : Zainudin....
Bu Guru : Wah bagus, bagus. Coba terusannya Badu!
Badu : Zainudin..., Zainudin Ntunya gede.
Tuingngngngn benjollah pala si Badu.
Langganan:
Postingan (Atom)