Sabtu, 20 Juni 2009

Keluar dari Lubang Jarum

Ini adalah kisah nyata pengalaman pribadi gue sewaktu sma.

Malam itu adalah malam Jum'at. Seperti biasa, disekolah kami yang menggunakan sistem berasrama diadakan sebuah acara untuk melatih siswanya berbicara didepan umum, biasanya di kenal dengan pidato. Singkat cerita, saya dan teman sekelas saya keluar dari gedung sekolah menuju asrama masing-masing setelah acara pidato tersebut. Walaupun kami sekelas, tidak menjamin kami akan tinggal sekamar, karena sistem pembagian kamar di sekolah saya diacak. Ada yang tinggal dengan teman seangkatan, dan ada yang tinggal dengan adik kelas, dimana si kakak kelas menjadi wali kamar. Kebetulan saya, dipercaya menjadi wali kamar bagi adik kelas saya.
Setelah menempuh perjalanan kira-kira 500 m, akhirnya saya sampai di asrama. Saya dan teman-teman berpencar menuju kamar masing-masing. Kamar saya berada di lantai 5, dan bernomor 23. Ketika saya sampai kamar, lampu kamar saya telah padam. Ini menandakan bahwa adik kelas yang sekamar dengan saya telah tidur semua. Maklum, adik kelas saya belum biasa tidur hanya 4-5 jam saja, sedangkan diusia mereka yang setingkat SMP seharusnya tidur antara 7-8 jam. Saya masuk kamar, berganti pakaian dan mencoba merebahkan badan di tempat tidur. Tapi mata saya tidak terasa berat sama sekali, padahal tidak ada sesuatu yang saya pikirkan, karena besok adalah hari libur di sekolah saya.
Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke kamar teman saya yang bernama Kunaidi. Dia teman selantai saya, dan juga menjadi wali kamar, tapi tidak sekelas dengan saya. Dia orangnya easy going dan mudah bergaul dengan siapa saja, maka tidak heran kalau di banyak sekali teman-teman yang berkunjung walaupun hari sudah cukup malam. Di sekolah kami terdapat peraturan yang mengharuskan seluruh siswa untuk mematikan lampu pada pukul 11 malam paling lambat. Tapi di kamar Humaidi ini lampu masih menyala walaupun hampir jam 11 malam. Ketika saya masuk di kamarnya sudah terdapat Kamil, Daen dan Lupi. Mereka sedang asik mendiskusikan tentang acara yang akan mereka lakukan besok pada waktu libur di ruang belajar. Saking serunya, mereka tidak menyadari kedatangan saya. Tapi, tiba-tiba Humet (panggilan akrab Humaidi), datang dari arah ruang tidur dan menyapa saya dengan logat sundanya yang khas "eh Nang, tumben kesini, aya naon atuh?".
Padahal ada larangan untuk menggunakan bahasa daerah di sekolah saya, tapi Humed masa bodo dengan peraturan itu, karena ga ada guru-guru yang berseliweran di sekitar kamarnya. Oh iya kamar Humed adalah kamar yang strategis untuk tempat kumpul, karena letaknya di pojok gedung dan sedikit susah dipantau dari kamar guru piket. Kamarnya nomor 1 di lantai yang sama dengan kamar saya.
"Ngga ada apa med, cuma pengen jalan-jalan aja, lagi susah tidur nih!", seru saya."Ya udah disini aja, anak-anak katanya pada mo begadang sambil makan jagung rebus nih", balasnya dengan akrab, "oh, jagung dari mana?", "Tadi si Lupi dapat dari babenya, kan tadi babenya datang kesini. Kayanya dompetnya lagi tebel juga tuh nang.".
"Ah elo med. bisa aja, iya nang disini aja!", tiba-tiba Lupi mengeluarkan suaranya sejenak meninggalkan diskusinya dengan kedua temannya.
Oke juga sih saya pikir tawaran dari mereka. Sekali-kali boleh juga lah melanggar sedikit peraturan yang ada, kan klo hidup ini mulus-mulus aja ga ada polisi tidurnya kan ngga enak juga. Akhirnya saya menyetujui tawaran meraka.

Bersambung dulu ya.....

Tidak ada komentar: