Sabtu, 08 Agustus 2009

Keluar Dari Lubang Jarum (3)

Ternyata itu adalah suara dari pak arif, salah satu petinggi guru di sekolah kami. Pada malam itu dia sedang piket di ruang piket guru. Dan tidak seperti biasanya dia berkeliling sampai ke lantai atas, terutama lantai 5.
Sayup-sayup terdengar perkataannya "Hei, kamu sedang apa di sini Kamil?, Kok tidak di kamar kamu?".
Kamil yang ditanya seperti itu langsung terdiam dan langsung berdiri dari kursi belajar. Dan langsung menggeser kursi tersebut ke arah depan saya, seperti akan menutupi saya. Beruntungnya pak Arif tersebut langsung masuk ke dalam ruang tidur sehingga tidak menyadari saya yang sedang tidur di bawah meja belajar.
Seketika itu saya berencana untuk melarikan diri. Saya tidak lagi memperhatikan pembicaraan antara pak Arif, Humed, Kamil, dan Daen. Yang ada di otak saya adalah keluar dari kamar Humed ini dengan segera mungkin tanpa diketahui oleh pak arif.
Tapi untuk mengangkat tubuh ini serasa berat sekali, seperti ada yang menindih badan saya dengan beras seberat i kuintal. Di iringi dengan jantung yang berdetak kencang, saya berusaha dengan sebisa mungkin untuk menggerakkan kaki dan tangan saya yang terasa sangat berat. Perlahan-lahan saya bergerak dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, supaya tidak diketahui oleh pak arif. Saya merangkak menuju pintu dan ketika saya telah berada di depan pintu saya berdiri perlahan kemudian memegang daun pintu lalu menggeser dengan perlahan. Pintu terbuka sedikit kemudian saya mengeluarkan badan saya dengan secepat mungkin dan lari dari kamar humed dengan menjinjitkan kaki agar tidak terdengar langkah kakiku.
Saya berlari menuju blok kamar saya yang terletak di blok D. Jantung saya masih berdetak dengan kencang ketika akan memasuki kamar. Sampai di depan pintu kamar, langsung saja ku buka pintu kamar dan langsung masuk dengan segera dan langsung kurebahkan badan di dipan (tempat tidur). Saya coba menenangkan diri dan memperlambat denyut jantung saya. Tanpa terasa saya telah memejamkan mata saya untuk sejenak melupakan masalah pelarian diri yang baru saja saya alami.
Kentongan Garda Sekolah berbunyi sebanyak empat kali pertanda jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Saya terbangun dari tidur dengan sedikit perasaan aneh dan gelisah. Aneh karena saya berhasil meloloskan diri dari inspeksi mendadak dari pak arif di kamar Humed. Dan saya takut teman-teman melaporkan saya juga berada dalam "acara terlarang" tersebut, itulah yang membuat saya gelisah. Akhirnya saya menjalankan pagi hari ini dengan berpura-pura seperti tidak ada kejadian apa-apa. Membangunkan adik kelasku di dalam kamar dan segera bergegas ke masjid untuk menunaikan ibadah sholat Subuh. Kemudian setelah itu membaca Al-Qura'an dan langsung menuju kantin untuk sarapan pagi.
Setelah sarapan pagi saya bermaksud untuk megetahui kabar dari keempat teman saya yang tertangkap basah. Saya memutuskan untuk ke kamar humed setelah saya mengganti pakaian.
Nah, bagaimanakah nasib teman-teman saya?

Tidak ada komentar: